Informasi yang diperoleh, enam kapal yang tenggelam tersebut adalah adalah milik Waris, Ganepo, Saliman, Mukhayat, Sujono, dan Dasiman.
“Karena hujan deras semalam, jadi air hujan masuk ke perahu tidak sempat dikuras, karena hujan semalaman,” ucap Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Teuku Iskandar Muda, Selasa, 2 (2/1/2018).
Kapal yang ditambatkan di Sungai Kaliyasa memang jenis kecil, seperti compreng, yang berukuran di bawah 10 gross ton (GT). Sebab itu, kapal pun mudah penuh oleh guyuran hujan lebat. Ditambah lagi, nelayan kerap lalai menguras dasar perahu yang penuh air tatkala pulang melaut.
Namun begitu, Teuku memastikan tak ada perahu yang terseret air bah seperti peristiwa tenggelamnya puluhan kapa pada Oktober 2016 lalu. Kapal hanya tenggelam dan bergeser, namun masih berada di area tambat muara Sungai Kaliyasa.
Mulai Selasa pagi, nelayan bergotong royong mengevakuasi perahu yang tenggelam tersebut. Perahu lantas diangkat ke darat untuk diperbaiki.
Oktober 2016, 60 Kapal Terseret Air Bah Kaliyasa
Pada Oktober 2016 lalu, puluhan kapal nelayan di Sungai Kaliyasa terseret banjir Kaliyasa. Tercatat sebanyak 60 kapal terseret banjir. 29 di antaranya tenggelam.
“Itu tenggelamnya bukan di laut, tetapi di Sungai Kaliyasa, di tambatan,” dia menerangkan.
Nelayan Cilacap mesti mewaspadai hujan deras yang kerap terjadi di daerah ini pada Januari 2018 ini. Pasalnya, berdasar perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMK) Desember dan Januari adalah puncak musim penghujan.
Ia juga menyarankan agar nelayan berhati-hati kala melaut. Pasalnya, cuaca buruk dan gelombang tinggi kerap mengintai di perairan selatan selama puncak musim penghujan dan angin baratan.
Lagi pula, perolehan ikan nelayan Cilacap jauh menurun pada musim penghujan. Ikan disebut tak muncul jika terjadi cuaca buruk dan ombak tinggi.
“Harus hati-hati ketika melaut. Ombak sedang tinggi, anginnya juga kencang,” dia mengimbau.