Di sekolah, kata Joao Micaelo, Kim Jong-un dipanggil dengan nama “Pak Un”. Ia berpura-pura sebagai anak seorang pegawai kedutaan Korea Utara di Swiss.
Sang calon diktator itu juga dikatakan sangat antusias dengan klub bola basket asal Amerika Serikat Chicago Bulls.
Micaelo juga mengataja bahwa Kim merupakan ‘pemain basket yang bagus, meski hanya setinggi 167 cm dan kelebihan berat badan’.
“Dia lucu dan jenaka,” kata teman sekelas lainnya, Marco Imhof.
“Dia juga benci kalah. Menang sangat penting baginya,” tambahnya.
Teman sekelas lainnya juga setuju bahwa Kim Jong-un orang yang periang dan humoris.
“Dia memiliki selera humor yang bagus dan bergaul baik dengan semua orang, bahkan murid-murid yang berasal dari negara-negara yang merupakan musuh Korea Utara,” kata seseorang kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag.
“Politik adalah topik tabu di sekolah … kita akan berdebat tentang sepak bola, bukan politik,” lanjutnya.
Suka Meledak-Ledak
Seorang mantan pengawal Kim Jong-il — ayah Kim Jong-un — mengatakan bahwa masa kecil yang terisolasi membuat Kim Jong-un “stres” dan suka “meledak-ledak.”
“Dia stres dan tidak ada anak seusianya yang bisa ia ajak bermain,” kata sang pengawal, Lee Young-guk kepada ABC News. “Hanya ada orang dewasa yang berpendidikan yang bermain dengannya,” tambah Lee.
Lee, yang merupakan salah satu pengawal Kim Jong-un saat sang diktator masih berusia 11 tahun, juga mengatakan, “Kepribadiannya meledak-ledak. Saat dia marah, dia bertingkah tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.”
Ia melanjutkan, “Dia cepat marah. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain. Dia tidak merasa kasihan pada orang lain. Dia melakukan apapun yang dia mau. Dia akan berteriak pada para perempuan. Dia seperti itu.”